Buku ini berusaha merumuskan hakikat manusia Pancasila yang dirumuskan dengan cara membandingkan pemikiran Notonagoro dan Drijarkara. Dua filsuf dari Universitas Gadjah Mada dan STF Drijarkara. Pancasila dalam kesatuan sila-sila Pancasila adalah wujud kodrat manusia untuk meraih kebagiaan. Sila-sila dalam Pancasila menjadi kesatuan atau rangkaian tak terpisahkan karena kodrat manusia monopluralis atau kedwitunggalan hanya mungkin terealisasi jika dalam kehidupan bersama menyandarkan diri pada kelima prinsip dalam Pancasila.
Jika satu di antaranya dihilangkan, maka realisasi atas kebahagiaan manusia dalam kehidupan bersama tidak akan dapat tercapai. Pandangan ini kiranya telah dibuktikan dengan baik dalam keseluruhan pengalaman masyarakat Indonesia. Ambillah contoh gotong-royong yang menjadi ciri dominan masyarakat Indonesia meski terminologinya berbeda-beda. Di Dayak Manyaan di Kalimantan Selatan, gotong-royong diwujudkan dalam bentuk pembangunan rumah yang disebut sebagai ngarawah namun lewo.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, gotong-royong membangun rumah disebut sambatan dan markarah di Simalungun, Sumatera Utara (Panjaitan, 2016: 19). Selain dalam pembangunan rumah, gotong-rotong dapat ditemukan dalam banyak kegiatan di masyarakat. Gotong-royong tidak mungkin terlaksana tanpa ada semangat kerja sama, tanpa ada cinta kasih di dalamnya, tanpa dilandasi tabiat sholeh.